From: Sdt <sadat@CEN.KAGOSHIMA-U.AC.JP>
To: ISLAH-NET@OUTLET.hijau.com.my
<ISLAH-NET@OUTLET.hijau.com.my>
Subject:
[ISLAH-NET] PAKET RAMADHAN (1) Ramadhan Bulan Tarbiyah (3)
Date: Friday, January 02,
1998 4:06 PM
Assalamu`alaikum wr.wb.
----------------------
RAMADHAN BULAN TARBIYAH (3)
-----------------------
Allah juga membedakan
ibadah shoum dari lainnya. Pada ibadah shoum Allah
justru melarang malaikat
untuk mencatat pahala ibadahnya. Kalau setiap kebaikan
dibalas 10 kali lipat bahkan
700 kali lipat, maka untuk shoum, kataNya: "Kecuali
shoum, maka yang ini untukKu
dan Aku yang membalasnya".
Allah juga memberitahukan
kepada orang yang shoum tentang kelebihan yang
dimilikinya. Pertama, kebahagiaan
ketika menjelang berbuka, yang kedua adalah
kebahagiaan ketika berjumpa
dengan Sang Pencipta. Kalau bertemu dengan orang
terkenal dan penting saja,
kita merasa bahagia maka bagaimana halnya jika
bertemu dengan Yang Maha
Terkenal dan Maha Penting?
Tentu saja besar kecilnya
kebahagiaan seseorang bertemu dengan Sang Pencipta
berbanding lurus dengan
sejauhmana ia mengenal Allah (ma`rifatullah) dan seberapa
penting arti Allah bagi
dirinya. Tentunya, semakin dalam keimanan seseorang,
semakin jauh ia mengenal
Allah dan semakin penting arti Allah bagi dirinya.
Demikianlah makna
shoum secara ruhiyah. Marilah kita berusaha semaksimal
mungkin untuk berusaha mencapainya
agar kita dapat termasuk dalam deretan para
Ash-Shiddiqie, Syuhada dan
Sholihin. Sungguh, apakah ada nilai yang lebih tinggi
dari ini?
Dari segi tarbiyah
jasmaniyah, dalam shoum terkandung nilai-nilai kesehatan
yang telah diketahui dan
belum diketahui orang. Sementara itu ilmu kedokteran
masih terus berusaha untuk
menangkap dan mengungkap tabir-tabir rahasia tersebut.
Hal ini menunjukkan betapa
Allah tau persis tentang masalah kita, yang Dia sendiri
tidak memiliki keperluan
terhadap hal tersebut. Kitapun baru mengetahui manfaatnya
setelah ilmu kedokteran
dan kesehatan mengungkapnya.
Dengan demikian shoum
merupakan sarana terapi/ pengobatan bagi kesehatan jiwa
dan juga badan, yang harus
dilakukan dengan sepenuh hati tanpa terlebih dahulu
menunggu hasil pembuktian-pembuktian
medis tentang hal itu. Sementara masih banyak
lagi tabir lain yang belum
dapat diungkap atau ditembus. Hanya Sang Penciptalah
yang mengetahui semua itu.
Sejarah Islam telah
membuktikan bahwa shoum tidak mengurangi bobot kekuatan
fisik kaum muslimin. Hal
ni dibuktikan dengan kenyataan bahwa perang Badr dan
Fathu Mekkah terjadi di
bulan Ramadhan.
Sebaliknya, goyahnya
kaum muslimin dalam perang Uhud, bukan dikarenakan kelemahan
mereka dan kekuatan ketangguhan
pasukan kuffar, namun terletak pada kesalahan kaum
muslimin sendiri. Penyakit
hati, kaburnya tujuan, silang pendapat dalam tubuh
barisan, indisipliner terhadap
perintah (Rasul), kecenderungan dunia yang lebih
dominan daripada akhirat
lah yang menjadi biangnya. Lihat QS. 3:152.
Demikianlah pasukan
muslim pulang dengan membawa kekalahan berat, setelah
terlebih dahulu syetan berhasil
menggoyahkan hati mereka. Tertipu oleh dunia
dan juga oleh jumlah pasukan
mereka yang banyak. Lihat QS.9:25-26.
Allah tidak akan menurunkan
pasukan malaikatNya kepada kelompok yang merasa
bangga dengan banyaknya
jumlah mereka dan menganggap kemenangan pasti berada
di pihak mereka. Terbukti
kemudian mereka merasa sempit dan berhasil dipukul
mundur oleh musuh-musuh
mereka.
Setelah orang-orang
mukmin masih setia kepada Rasul yang segera menyerukan,
"Aku ini Rosul Allah, tidak
berdusta. Aku anak cucu Abdul Muthalib", barulah
Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul dan orang-orang yang beriman berupa
bala tentara yang tidak
mereka lihat.
Namun sayang, saat
ini kita menyaksikan hal yang berbeda. Shoum menurunkan
produktivitas seseorang.
Baik dia bekerja sebagai kuli, petani atau pedagang.
Bahkan pekerjaan-pekerjaan
tersebut dijadikan alasan untuk meninggalkan shoum.
Padahal kalau shoum memang
melemahkan kekuatan fisik manusia, tentu Allah tidak
akan mensyariatkannya, dan
pasti orang-orang beriman dahulu tidak akan sanggup
bertempur pada hari Badr
dan pada saat Fathu Mekkah yang semuanya berlangsung
di bulan Ramadhan. Semuanya
ini dikarenakan kurangnya iman, kerancuan berpikir,
dominasi dunia dalam hati
(hubbud-dunya) dan dominasi syetan dalam mengikis
sisa-sisa iman orang-orang
mukmin.
Nah, marilah kita
sambut bulan Ramadhan dengan sepenuh hati. Kita jaga seluruh
jiwa kita, hati dan panca
indera serta anggota tubuh lain dari hal-hal yang dapat
merusak nilai-nilai ibadah
shoum kita. Hari-harinya kita penuhi dengan pembacaan
dan mentadabburi Al-Quran,
serta berusaha mengamalkan isinya.
Marilah kita sambut
bulan penuh rahmah ini. Kita hadapkan hati dan pikiran pada
Allah, sehingga kita keluar
dari bulan ini dengan membawa ampunan dari Allah,
dikembalikan kepada fitrah.
Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan !
Semoga !
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Abu `Isa
|